Kamis, 28 Mei 2020

FAJAR MENYINGSING DI KONSTANTINOPEL (ISTANBUL)





Setelah dirasa cukup melakukan persiapan dalam rangka membebaskan Konstantinopel, maka diusianya ke 22 tahun (kalau jaman now : usia baru tamat kuliah S1), Sultan Mehmed II memobilisasi pasukannya baik dari Anatolia maupun dari Rumelia dan kemudian berangkat ke Konstantinopel. Dalam iringan pasukannya itu, meriam besar yang disebut Mehmed Gun juga diikut sertakan.
Kondisi Geopolitik EuroAsia saat itu sangat menguntungkan Mehmed II. Bagaimana tidak, sang Paus tidak punya power yang signifikan lagi untuk menggerakan suatu gerakan Crusade untuk menghadapinya, sebagaimana yang pernah dilakukan terhadap Sultan Bayazid dulu. Negara Perancis dan Inggris juga sedang saling berperang dengan apa yang disebut dengan Perang 100 tahun. Hal ini berbeda dengan keadaan masa Bayazid dahulu yang kedua Negara tersebut berdamai dan ikut dalam kontingen gerakan Crusade untuk menghajar Bayazid. (Baca tulisan kami yang berjudul Prahara di Nicopolis) Sedangkan Negara Hungaria, seperti yang kami sebutkan terdahulu, pasca wafatnya sang Raja dalam perang Varna, kendali pemerintahan dipegang oleh John Hunyadi yang bertindak sebagai wali Raja, dan sudah terikat dengan perjanjian damai dengan Mehmed II. Sementara ancaman dari kawasan timur sudah tidak ada lagi. Saat itu tidak ada lagi tokoh Perang sekaliber Timur Leng yang pernah mengalahkan Sultan Bayazid sehingga Negara Ottoman sempat terpecah belah (Baca tulisan kami yang berjudul: Petaka di Ankara). Bahkan Negara Timuriyah yang didirikan Timur Leng sedang diambang keruntuhannya.
Begitu tiba di Konstantinopel, Sultan Mehmed II segera mengatur pasukannya. Tenda Sultan diletakkan menghadap ke temhok benteng di sebelah batat Konstantinopel pada arah gerbang St. Romanus yang terletak di tengah-tengah. Pasukan Yanisari ditempatkan di depan tenda Sultan serta di sekelilingnya. Meriam raksasa serta dua meriam lainnya yang lebih kecil juga disiagakan tak jauh dari tempat itu, dengan mengarah ke tembok Konstantinopel. Pada sayap kanan disiagakan pasukan divisi Anatolia yang dipimpin oleh Ishak Pasha, dan di sayap kiri disiagakan pasukan divisi Eropa. Zaganosh Pasha dengan pasukannya ditempatkan di utara Galata serta Pera. Sementara Sulayman Bey dengan kapal-kapal lautnya memblokade Laut Marmara dan jalur masuk ke Selar Bosporus. Musuh kini sudah di depan mata Byzantium dan mereka sudah terkepung dari semua jalur.
Mehmed II tidak langsung melakukan penyerangan rerhadap kota ini. Sehagaimana tradisi perang dalam Islam, ia menawarkan tiga hal pada pihak Byzantium: masuk Islam, menyerahkan kotasecara baik-baik tanpa harus memeluk Islam, atau diperangi.
Kaisar Byzantium, Constantine XI menginginkan opsi yang berbeda. Ia bersedia membayar uperi pada Ottoman tanpa menyerahkan kota. Tentu saja Mehmed II tidak tertarik tawaran ini, karena tekadnya untuk menguasai Konstantinopel sudah bulat. Proses negosiasi berakhir.
Dalam salah satu suratnya, Mehmed II memberikan jaminan keselamatan pada Kaisar serta penduduk kota itu sekiranya mereka mau menyerahkan kan kota tersebut kepada Ottoman. Hanya saja pihak Byzantiumtidak mau menerima tawaran itu. Sang Kaisar dibantu oleh Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa, bertekad mempertahankan kota.
Pada hari jumat, 6 April 1453 M, Sultan dan seluruh pasukannya melaksanakan shalat jumat berjamaah. Sekitar seratus limapuluh ribu orang melakukan shalat bersama- sama, didahului oleh pekik adzan dan takbir. Kemudian diikuti dengan dengan gumam amiin secara serempak setelah, imam shalat selesai membaca suratAl-Fatihah.
Tepat setelah sholat Jumat, Sultan memulai serangannya terhadap Konstantinopel. Meriam-meriam Ottoman menembakkan pelurunya secara terus menerus menumbuk keras tembok konstantinopel, meluruhkan sebagian batu-batu yang menyusun tembok itu
Selain itu pasukan Ottoman juga menggunakan manjanik dan Katapel raksasa untuk melemparkan batu-batu besar ke dalam benteng. Seluruh pasukan juga bergerak menuju benteng. Adayang menaiki benteng dengan tangga-tangga. Sebagian pasukan lain menghujani musuh yang diatas tembok dengan panah. Adajuga divisi pasukan yang khusus membuat terowongan. Namun karena benteng itu sangat kokoh, maka usaha-usaha itu mengalami kegagalan.
Hampir selama satu bulan pasukan Bizantium bisa mempertahankan benteng Konstantinopel. Serangan-serangan yang dilakukan oleh pasukan Ottoman memang berhasil membuat beberapa bagian benteng roboh, tapi tetap tidak bisa menembus benteng. Inilah yang membuat semangat pasukan Bizantium meningkat.
Selama masa penyerangan pasukan Ottoman ini, Kaisar Bizantium berusaha untuk membujuk Sultan Mehmed II. Ia menawarkan daerah-daerah lain yang dimilikinya asalkan Sultan Mehmed II menghentikan serangan terhadap Konstantinopel. Akan tetapi, tawaran tersebut ditolak mentah-mentah oleh Sultan Mehmed II. Sang sultan menjawab tawaran tersebut dengan mengirimkan surat. Suratitu berbunyi:
“Wahai Kaisar Bizantium, jika engkau rela menyerahkan Konstantinopel maka aku bersumpah bahwa tentaraku tidak akan mengancam nyawa, harta, dan kehormatan rakyat Konstantinopel. Aku akan melindungi rakyatmu yang ingin tinggal dan hidup di Konstantinopel. Dan, bagi rakyatmu yang akan meninggalkan Konstantinopel maka keamanan mereka akan dijamin.”
Karena tidak ada titik temu maka pertempuran pun terus berlanjut. Pada tanggal 18 April pasukan Ottoman kembali melakukan serangan besar-besaran. Serangan ini mampu merobohkan benteng Konstantinopel yang berada di Lembah Lycos. Selain serangan darat, pasukan Ottoman juga menggencarkan serangan dari laut. Armada laut Ottoman berusaha untuk menerobos rantai-rantai bergerigi yang dipasang oleh pasukan Bizantium. Akan tetapi, usaha ini belum juga menemukan keberhasilan. Akibatnya banyak kapal perang Ottoman yang tenggelam. Hal ini menyebabkan sebagian besar pasukan yang ada di laut pupus harapan. Pada kondisi seperti ini Sultan Mehmed II segera memberikan suntikan semangat pada prajuritnya. Ia berkata, “Kalian tawan semua kapal Bizantium atau kalian semua tenggelam.” Selesai mengucapkan kata-kata itu ia memacu kudanya sampai ke bibir pantai. Lecutan semangat dari sang sultan itu mampu membangkitkan kembali moral pasukan Ottoman. Mereka kembali bertempur, berusaha menerjang rantai-rantai di lautan. Namun sekali lagi usaha ini tidak berhasil. Pasukan laut Bizantium yang telah bergabung dengan pasukan Salib berhasil menghadang gerak maju pasukan Ottoman.
Kegagalan serangan laut itu membuat gusar Sultan Mehmed II. Ia segera memecat panglima angkatan laut, Sulaiman Beltaglu, menggantikannya dengan Hamzah Pasha. Sementara itu, moral prajurit Ottoman kembali meluruh. Keadaan inilah yang mendorong Khalil Pasha, wazir Ottoman, mengusulkan pada Sultan Mehmed II untuk membatalkan serangan dan menerima kesepakatan yang ditawarkan oleh Kaisar Konstantinopel. Jelas, usul tersebut ditolak mentah-mentah oleh Sultan Mehmed II. Sebagai pewaris Kesultanan Ottoman ia tidak akan menyerah begitu saja. Maka ia berpikir keras agar jalan buntu itu bisa diurai. Ia mempunyai keyakinan pasti ada jalan keluar untuk bisa menerobos Tanjung Emas. Dan benar, setelah berpikir dengan serius akhirnya Sultan Mehmed II menemukan ide yang menakjubkan, yaitu memindahkan kapal dari lautan lewat darat.
Begitu mendapatkan ide “gila”, pada malam harinya Sultan Mehmed II memerintahkan agar prajuritnya memindahkan kapal perang dari laut ke darat. Awalnya ide ini dijalankan dengan setengah hati oleh para prajurit Ottoman karena mengira sultan mereka telah gila akibat tidak berhasil melakukan serangan dari laut. Akan tetapi, setelah Sultan Mehmed II menjelaskan secara rinci bagaimana cara memindahkan kapal-kapal itu, mereka mulai bisa menerima.
Awalnya Sultan Mehmed II memerintahkan pada prajuritnya untuk mengumpulkan kayu gelondongan dan minyak goreng. Kayu-kayu tersebut kemudian diolesi dengan minyak goreng sehingga menjadi licin. Setelah semuanya siap kemudian sang sultan memerintahkan agar kapal-kapal perang mulai ditarik ke daratan dengan menjadikan kayu-kayu gelondongan sebagai rodanya. Paraprajurit bekerja keras menjalankan perintah sultannya. Mereka terus bekerja sepanjang malam.
Pada malam itu, kapal-kapal perang Ottoman mulai ‘berlayar’ di daratan. Kapal-kapal tersebut melintasi lembah dan bukit. Sebuah peristiwa yang kelihatannya tidak masuk akal. Akhirnya, berkat kerja keras pasukan Ottoman, ketika pagi telah pecah di ufuk timur, 70 kapal perang Ottoman telah berpindah lokasi, berhasil melintasi Tanjung Emas lewat daratan, melintasi Besiktas ke Galata.
Rakyat Bizantium begitu terkejut melihat peristiwa “kapal-kapal yang berlayar di daratan”. Mereka tak percaya dengan kejadian yang mereka lihat. Karena tak percaya, sebagian dari mereka menggosok-gosok mata, dan sebagian yang lain mencubit diri mereka sendiri untuk memastikan bahwa semuanya bukan mimpi. Setelah yakin bahwa peristiwa yang mereka lihat adalah kenyataan, tuduhan-tuduhan pun mulai terlontar. Sebagian dari mereka berpandangan bahwa pasukan Ottoman pastilah dibantu oleh jin dan setan. Sementara itu, Yilmaz Oztuna, penulis buku “Osmanli Tarihi”, menceritakan bagaimana seorang ahli sejarah Bizantium berkata, “Tidaklah kami pernah melihat atau mendengar hal ajaib seperti ini. Mehmed al-Fatih telah menukar darat menjadi lautan, melayarkan kapalnya di puncak gunung dan bukannya di ombak lautan. Sesungguhnya Mehmed al-Fatih dengan usahanya ini telah mengungguli yang pernah dilakukan Alexander the Great!”
Sementara dipihak Ottoman, peristiwa ini berhasil mengembalikan kepercayaan diri pasukan. Mereka tak lesu lagi dan siap melancarkan serangan kembali. Serangan mematikan pun tinggal menunggu waktu.
Ketika purnama telah berlalu Sultan Mehmed II merencanakan serangan itu dilancarkan. Mengapa ia memilih serangan pada saat ini? Dari membaca buku-buku tentang mitologi masyarakat Konstantinopel ia mendapatkan bahwa mereka percaya bahwa selama bulan purnama maka kotamereka akan selalu dilindungi. Karena kepercayaan ini maka baik prajurit maupun masyarakat Konstantinopel akan yakin bahwa mereka tak akan bisa dikalahkan. Inilah yang menyebabkan mereka sulit dikalahkan. Oleh karena itu, ketika purnama telah berlalu Sultan Mehmed II melancarkan serangan terakhir.
Sebelum serangan dimulai, Sultan Mehmed II dan pasukannya menjalankan shalat. Seusai shalat mereka kemudian berdoa, meminta kepada Allah swt agar kemenangan yang sudah berada di depan mata itu menjadi kenyataan. Sementara itu, penduduk Konstantinopel juga melakukan hal serupa. Mereka menggelar misa di Hagia Sophia.
Tanggal 29 Mei 1453, Pasukan Ottoman melakukan serangan besar-besaran dan berusaha memasuki benteng Konstantinopel. Kali ini pasukan Ottoman terdiri dari tiga lapis. Lapis pertama terdiri dari pasukan yang berasal dari Anatolia, sedangkan lapis kedua dan ketiga merupakan kesatuan Yanisari.
Melihat serangan besar-besaran ini, Giustiniani–salah satu panglima Bizantium–menyarankan agar Constantinemundur. Akan tetapi, saran tersebut ditolak oleh Constantine. Beberapa ahli sejarah menceritakan bahwa Constantinemelepas baju perang dan kemudian bertempur bersama pasukannya. Dan, setelah perang usai jasadnya tidak pernah ditemukan.
Akhirnya, setelah berperang selama sebulan pasukan Ottoman bisa menguasai kota Konstantinopel melalui pintu Edinerne. Begitu memasuki kotaKonstantinopel, Sultan Mehmed II dalam pidatonya menyatakan akan melindungi seluruh penduduk kotaitu yang menyerahkan diri. Ia juga berjanji melindungi tempat-tempat ibadah, baik milik orang-orang Kristen maupun Yahudi Pidato yang terkenal ini disampaikan Sultan Mehmed II di pelataran Hagia Sophia, di hadapan penduduk Konstantinopel.
Ketika Konstantinopel benar-benar bisa direbut, Mehmed II berkata, “…sesungguhnya kalian melihat aku gembira sekali. Kegembiraanku ini bukanlah semata-mata karena kejayaan kita menaklukkan kota ini. Akan tetapi karena di sisiku hadir syeikhku yang mulia, dialah pendidikku, asy-Syeikh Ak Semsettin.”
Sebuah catatan dari Fetih Sutan Wassito, 567 tahun setelah Pembebasan Kostantinopel (29 Mei 2020 M).
Sumber :
1453 : karya Roger Crowley
Muhammad Al Fatih 1453 : karya Felix Siauw
Ottoman Empire : karya Collin Imber
Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Usmaniyah : karya Prof. Dr. Ali Muhammad As Shalaby
Al Fatih Sang Penakluk Konstantinopel karya Alwi Alatas
Fatih, Elang Besar Pembebas Konstantinopel karya : Okay Tiryakioglu
Sultan Mehmed II Sang Pembantai Dracula oleh Orhan Basarab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar